15 Januari 2025
Pdt. Ronald Tampubolon saat diwawancarai Suaraumat.com. (Foto: Gabriel Hartanto)
Penulis: Konradus Pedhu

JAKARTA, suaraumat.com – Generasi muda zaman sekarang atau generasi milenial semakin
ditantang untuk menemukan panggilan Tuhan namun sayang dalam prosesnya para
anak-anak muda ini terjebak dalam kebingungan mereka sendiri. Oleh sebab itu,
Transforming Indonesia Movement hadir menjadi partner sekaligus pembimbing yang
baik bagi anak-anak muda milenial dalam pencarian mereka guna menemukan
panggilan Allah. 
Beberapa waktu lalu Suaraumat.com berhasil mewawancarai
salah seorang dari Transforming Indonesia Movement, Pendeta Ronald Tampubolon.
Berikut informasi selengkapnya hanya untuk Anda.

Apa pesan Anda
terhadap generasi muda saat ini untuk menjadi pribadi-pribadi yang mengenal dan
menangkap panggilan Tuhan?

Mereka harus fokus kepada pelatihan-pelatihan generasi muda dan
mengharapkan setiap generasi muda dapat menangkap panggilan Tuhan, selanjutnya
mereka fokus dipanggilannya sehingga mereka bisa memberi dampak bagi bangsa dan
negara. Transforming Indonesia Movement ini sendiri sudah bergerak dari 2009
dan perkembangannya sangat luar biasa.  Kita
perlu pertajam ini sehingga anak-anak muda bisa memberkati bangsa. Anak-anak
muda perlu dituntun untuk menemukan panggilan hidup mereka karena ini masalah
besar sebenarnya karena banyak anak-anak muda hari ini mereka tidak mengerti
tujuan mereka.

Saya kasih  contoh
gampangnya, ketika anak-anak itu SMP mereka tidak tahu arahnya mau ke mana,
tapi ketika mereka masih  umur 4 tahun
ketika ditanya kamu mau jadi apa pasti jawabannya adalah mau jadi pendeta, mau
jadi polisi, mau jadi tentara, mau jadi dokter dan seterusnya. Tapi masuk
remaja, pemuda, apalagi masuk SMA dia bingung masuk ke jurusan apa, mau masuk
kuliah lebih bingung lagi, fakultasnya apa, fokusnya ke mana, akhirnya ikutan
temannya, temannya ke fakultas hukum, dia juga ikut.

Ini berbahaya buat anak itu sendiri, kalau kita berpikir
secara tajam, apalagi kita bicara untuk kepentingan bangsa  dan negara. Kita akan melahirkan generasi
muda yang tidak mempunyai panggilan karena memang mereka tidak mengenal dan
menangkap panggilan Tuhan. Oleh sebab itu kita ambil disegmen anak-anak muda, dan
kita harapkan anak-anak muda ini menemukan panggilannya, serta mereka mengejar
panggilannya itu sehingga harapan kita dibonus demografi nanti 2028, 2030
mereka bisa bersaing melalui panggilan mereka masing-masing untuk
berlomba-lomba membangun bangsa ini.

Jadi kita harus mempersiapkan orang-orang yang terbaik, jadi
bukan orang-orang yang ikut-ikutan tapi orang-orang yang memang fokus
dibidangnya, dia memang benar-benar yang terbaik, dia mampu bersaing di sana,
sehingga pada saat bonus demografi kita bisa berperan aktif untuk memajukan
bangsa.

Transforming Indonesia Movement ini sejak 2009 dan embrio
sebenarnya dari GBI Gereja Bethel Indonesia dari anak-anak muda di GBI, kita
bergerak terus sampai akhirnya di 2017 kita sudah melatih kurang lebih 8 ribu
anak muda di seluruh Indonesia, di 32 propinsi bahkan di luar negeri. 8 ribu
orang ini, ketika kami tidak menjabat di kepengurusan itu, bingungkan mau
kemana, akhirnya kita melahirkan satu yayasan yang bernama Indonesia Berubah dengan pergerakannya yang bernama generation of transforming atau generasi
transforming Indonesia movement. 

Kita terus melakukan kegiatan-kegiatan untuk
melatih, menghubungkan antarmereka, dan sekarang ini dari hasil yang 2009 itu,
sesudah kita data ternyata banyak orang yang sudah mengambil peran atau
berperan melalui panggilan mereka, ada yang di bisnis, ada yang di bidang
politik, ada yang macam-macam. Di bidang politik misalnya, hari ini ada
beberapa teman-teman kita yang sudah duduk di dewan perwakilan rakyat. Ya ini
artinya satu keberhasilan yang  merupakan
mimpi kami juga. Ketika mereka menemukan panggilan, kita mentoring, dan
seterusnya, sehingga membawa dia pada sasaran yang tepat, nah kita harapkan
mereka-mereka ini akan menjadi berkat bagi bangsa melalui peran yang mereka
lakukan hari ini.

Apa pendapat Anda
mendengar tentang Indonesia akan bubar?

Ya memang ini cerita dulu yang bermula dari pernyataan bahwa
Indonesia 2030 bubar. Kelihatannya skenario itu ada peran, Papua bergolak dan
sebagainya, tapi saya meyakini hari ini Indonesia masih jauh si dari bubar, ya
walaupun kelihatan benihnya ada, tapi itu akan terjadi bisa saja, kalau kita
lengah, kalau bangsa kita lengah, pemimpin kita lengah, itu bisa saja terjadi.
Karena banyak hal yang dilakukan oleh orang-orang yang memang tidak suka atau
negara-negara lain yang tidak suka.

Tetapikan kita melihat kemarin hasil dari sidang PBB
faktanya tidak ada referendum, artinya itu terbantahkan juga. Saya pikir
kemungkinan kecil Indonesia bubar, apalagi saya lihat pemerintahan sekarang
gencar membangun infrastruktur kedepan, membangun sumber daya manusia, dan itu
tentunya berhubungan dengan kami, kami juga fokusnya membangun sumber daya  manusia. Saya rindu memang bahwa gereja dalam
hal ini harus sinergi dengan pemerintah untuk membangun sumber daya manusia,
itu juga harus masuk dalam gereja, membina, membimbing setiap generasi muda
sehingga mereka juga ambil peran dalam menguatkan dan memahami wawasan
kebangsaan supaya  Indonesia ini
tetap  bertahan.

Melihat fenomena
anak-anak muda yang harusnya  duduk di
bangku sekolah tetapi turun kejalan bagaimana pendapat Anda, ada apa dengan
Indonesia ini?

Saya melihat sekolah di Indonesia, pemerintah harus mengkaji
ulang tentang kurikulum, karena apa, saya perhatikan wawasan kebangsaan di sana
sudah hampir hilang itu yang  pertama,
yang kedua adalah didalam kurikulum itu nilai-nilai budi pekerti itu juga mulai
merosot, lalu yang ketiga, ada orang-orang atau organisasi-organisasi yang
memang punya kepentingan di sana, dan mereka sudah mempersiapkan kader-kadernya
sudah masuk kedalam sekolah-sekolah tersebut sebagai guru, sebagai dosen dan
seterusnya. Nah ini pemerintah harus memfilter, apalagi pengajar-pengajarnya,
ini harus difilter kalau nggak perubahan ideologi itu akan masuk di sana,
karena generasi muda ini kan rawan. Ketika dia didoktrin dari SD, SMP itu maka akan
sangat sulit kita mengubah doktrin itu. Itu sebabnya, saya pikir kurikulum dan
yang mengajar itu perlu difilter dengan baik.

Dalam hal ini siapa
yang bertanggung jawab untuk memfilter para guru dan pengajarnya ini!

Memang seharusnya di Depdikbud yang harus berperan turun ke bawah,
kedinas, dan seterusnya. Ini yang harus kita sikapi, dalam hal ini yang harus
bertanggung jawab pemerintah pastinya.

Apakah ini bisa
dianggap kegagalan pemerintah dalam membuat sistem penangkal bagi guru-guru sebagai
pengajar di sekolah?

Kalau dibilang kegagalan, mungkin tidak ya,  karena ini sudah sangat panjang, mungkin 10
atau20 tahun lalu. Perubahan kurikulum kita berapa kali terjadi, ya kan. Kita
tidak bisa menyalahkan pemerintah yang sekarang karena ini sudah lama, pekerjaan
yang cukup lama, sudah pergantian pemerintah dan seterusnya. Jadi saya pikir
ini harus dipikirkan bersama oleh pemerintah dengan para pendidik dengan  ahli-ahli pendidikan yang ada di Indonesia
untuk mengkaji ulang kurikulum itu.

Bagaimana anak-anak
muda sekarang ini mengimplementasikan sumpah pemuda dalam kehidupan mereka!

Sumpa pemuda merupakan satu sejarah yang luar biasa buat
Indonesia bagaimana pemuda-pemuda bersatu, memiliki komitmen yang sama.
Harusnya nilai-nilai ini diambil oleh generasi muda yang sekarang ini untuk
mempertahankan persatuan itu. Dengan cara apa mempertahankan kesatuan itu, ya
dengan cara kita masing-masing berperan aktif dalam membangun bangsa ini sesuai
dengan panggilan mereka. Dalam segi panggilan ini, orang pastinya berbeda-beda,
si A mau ini, si B mau ini dan seterusnya.

Nah, perbedaan ini adalah kekuatan, tetapi fenomena yang
ada, kelihatannya sering kali informasi atau berbeda pilihan itu menjadi satu
hal yang sangat riskan di bangsa ini. Saya merasa bahwa pemuda Indonesia
harusnya menyadari bahwa perbedaan itu adalah kekayaan. Kalau kita semua atau
pemuda atau masyarakat di Indonesia ini merasa bahwa Indonesia ini adalah milik
bersama maka untuk membangun Indonesia ini bukan hanya satu bidang, pastinya
untuk membangun bangsa ini semua bidang harus menjadi satu kekuatan. Nah
bidang-bidang inilah yang harus disatukan untuk membangun bangsa sehingga
bangsa ini bisa menjadi bangsa yang besar, seperti yang diharapkan kita semua. 

Jadi kembali kepada anak-anak muda, ayo mari kita berperan aktif untuk
membangun bangsa ini, jangan berpikir bahwa perbedaan itu menjadi satu masalah,
tetapi perbedaan itu menjadi satu kekayaan, seperti budaya kita juga
berbeda-beda, pulau juga, gaya, bahasa, semuanya berbeda-beda. Tapi kalau kita
menganggap semua ini menjadi hal yang memperlengkap Indonesia, menjadi satu
kekayaan yang hebat maka Indonesia akan semakin hebat.

Apa yang harus
dilakukan pemimpin-pemimpin gereja, pemimpin-pemimpin di masyarakat juga yang
ada di pemerintahan, supaya mereka bisa menjadi teladan untuk anak-anak muda
ini.

Saya berpikir sebenarnya secara umum gereja masih lemah dalam
menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Saya mendorong pemimpin-pemimpin gereja,
gembala, semuanya bergerak untuk membawa jemaat yang mereka pimpin atau pemimpin-pemimpin
mudanya juga  harus membawa mereka untuk
mengerti akan wawasan kebangsaan. Sehingga ketika kita bicara kebangsaan
diluaran sana kita tidak menjadi satu hal yang asing.

Ketika kita ketemu dengan saudara-saudara kita dari agama
yang berbeda itu bukan perbedaan yang menjadi satu masalah, tetapi merupakan
satu kekayaan, satu keluarga kita di Indonesia ini, itu yang sebenarnya
didorong oleh pemimpin-pemimpin kita. Harapan saya dalam memperingati hari
sumpah pemuda pada tahun 2019 ini, secara khusus bagi generasi muda gereja,
mari setiap kita mengupgrade diri kita melalui pelatihan-pelatihan yang ada
sesuai dengan panggilan kita sehingga dengan modal kemampuan atau profesional
dalam setiap bidang yang Tuhan sudah percayakan kepada kita, bisa kita
maksimalkan untuk memberkati bangsa kita. Ya di bidang-bidang yang Tuhan
percayakan itu sehingga ketika kita menguasai atau bisa beperan aktif dengan
kemampuan yang kita miliki, dan saya percaya gereja Tuhan juga akan bisa
berperan untuk menjadi berkat bangsa ini. Pdt. Ronald Tampubolon.

***

*Penulis adalah Kontributor Suaraumat.com

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content