Tifatul Sembiring (kiri) dan Putranya Fathan Asadudin Sembiring, yang menyebut Ayahnya Koplak dalam postingan akun sosmed Facebook miliknya. Foto: Dok. pribadi |
Jakarta, SUARAUMAT.com – Tifatul Sembiring Presiden Partai Keadilan Sejahtera atau PKS (2004-2009) dan Menteri Komunikasi dan Informatika (2009-2014) mendapat kritikan keras dari putranya sendiri, Fathan Asadudin Sembiring karena membela Edy Mulyadi tentang “Kalimantan adalah tempat para jin membuang anak”.
Fathan menyarankan ayahnya untuk tidak berbicara, yang pada gilirannya membuat kesalahan besar alias blunder diri sendiri.
“Mingkem gituh Beh, mingkem. Politik di Indonesia itu sudah tidak perlu keisengan-keisengan. What’s the point?” tulis Fathan dalam statusnya, Kamis (25/1).
Ia mengingatkan ayahnya untuk sadar diri dan memahami situasi sosial politik generasi sekarang. Tidak mungkin langsung menggunakan istilah-istilah yang berpotensi mendiskreditkan daerah dan orang lain sesuka hati, terutama melalui spektrum media sosial.
Menurut Fathan, untuk generasi beliau (Tifatul Sembiring-red), ucapan seperti itu dianggap tidak masalah.
Selanjutnya, tulis Fathan, Tifatul lupa kalau ini bukan zamannya seperti itu lagi, sudah ada media sosial, juga dulu menteri pertama, kenapa masih coba-coba.
Ia juga khawatir pernyataan Tifatul itu bisa semakin menyulut kemarahan masyarakat luas, khususnya yang ada di Kalimantan.
Lanjut Fathan yang pernah kuliah di China itu, suasana kebatinan masyarakat Indonesia di tengah pandemi ini sedang tidak baik-baik saja. Janganlah dikasih minyak untuk menyiram bara, apalagi mengenai spesifik soal kedaerahan, wajar saja jika ada orang dari Kalimantan akan lebih tersinggung.
Alasan apa pun yang digunakan Edy Mulyadi tidak bisa dijadikan pembenaran. Karena selama berkarir, sebenarnya dia menganggap Kalimantan memiliki kekhasan tersendiri.
Fathan mengaku kegiatannya sebagai konsultan bisnis dan manajemen yang membuatnya sering pergi ke Kalimantan, paling sering ke Kalimantan Barat, dan menurutnya, Kalimantan adalah masa depan Indonesia.
Soal pro dan kontra Undang-Undang Ibu Kota Negara (UU IKN) yang dibahas dan disahkan DPR RI pada 18 Januari 2022, Fathan tak mempersoalkan. Namun, alumni Padjadjaran ini menyarankan penolakan itu perlu dibangun dengan konstruksi argumentasi yang baik dan kuat, bukan sekadar umpatan yang tidak perlu.
Fathan juga menyebut ayahnya koplak. Ia menulis, terlepas dari keajaiban UU IKN kemarin, dirinya berpesan kepada Tifatul, fokuslah pada komentar kritis tentang hal itu, bukan pada iseng-iseng dengan membela siapa itu mantan calon legislatif, dan kemudian inilah yang ditangkap, dikenang, dan memiliki jejak digital oleh masyarakat yang lebih luas.
Tifatul Sembiring bela Edy Mulyadi
Viral Sosok Edy Mulyadi gegara menyebut Kalimantan sebagai tempat jin buang anak. Foto: ilustrasi/ tangkapan layar Bang Edy Channel |
Perlu diketahui, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Tifatul Sembiring mengatakan bahwa apa yang dikatakan Edy Mulyadi bukanlah sebuah penghinaan.
Bahkan, ia menganggap ungkapan ‘tempat jin membuang anak’ adalah istilah yang artinya lokasinya sangat jauh dan sepi.
Dengan nada bertanya, Tifatul, Senin (24/1) mengatakan tidak ada kata-kata yang menghina, tidak ada! Yang mana yang menghina?
Kemudian Tifatul menambahkan bahwa kalimat ini sering digunakan oleh masyarakat Jakarta sehari-hari untuk menunjukkan bahwa lokasinya sangat jauh dari keramaian dan sepi.
Sehingga menurutnya, pernyataan Edy Mulyadi sangat erat kaitannya dengan tutur kata masyarakat Betawi.
Politikus PKS kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat itu menjelaskan, bahwa dirinya sudah lama di Jakarta dan bergaul dengan orang Jakarta dan orang Betawi. Jadi soal tempat ‘jin membuang anak’ ia bertanya kepada tokoh-tokoh Betawi, apa artinya? Tempat yang sepi, jauh, menakutkan, ada tiga artinya itu, bukan tempat yang kotor.
Tifatul juga memaparkan, dia tinggal di Depok sekarang, pertama di Tanah Abang. Ketika dia pindah ke Depok, teman-temannya berkata, ‘mau pindah ke tempat jin buang anak?’ Jadi menurutnya, tidak ada konotasi menghina.
Kata Tifatul apa lagi yang dipersoalkan, karena pihaknya juga sudah mendorong Edy Mulyadi minta maaf, dan sudah dilakukan.
Sebelumnya, Edy Mulyadi menjadi perbincangan warganet setelah menghina Kalimantan dengan kata-kata tidak senonoh.
Dalam sebuah pertemuan, video yang direkam Edy Mulyadi menyebutkan bahwa Kalimantan yang akan menjadi ibu kota baru Indonesia adalah tempat para jin membuang anak-anaknya.
(su/kpn)