17 Januari 2025

Romo Ambrosius Misa (kanan), Dosen senior STT Pastor Bonus Pontianak. Asal Wolowaru Ende, Bertugas di Keuskupan Sintang Keuskupan Agung Pontianak. (Foto: Dok. Pribadi /Laurensius Leba)


SUARAUMAT.com – Indah dan kayanya hidup tampak dalam aneka tugas dan peran, baik dalam kelompok maupun di masyarakat. Setiap tugas adalah ekspresi panggilan Allah untuk setiap orang sesuai dengan keahlian masing-masing. 

Di dalamnya ada sukacita dan derita. Namun, apa pun kesulitan yang dihadapi seseorang, Allah yang telah memanggil dan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. 

Kitab Bacaan pertama menggambarkan panggilan Yeremia. Dalam cara yang sangat misterius, Allah memilih sebelum ia lahir dan bahkan sebelum ia dibentuk dalam rahim ibunya. Allah telah menunjuk dia sebagai nabi bagi para bangsa. 

Karena misi ini Yeremia harus menghadapi kesulitan, penolakan dan penganiayaan. Namun tak seorang pun yang akan menghancurkan dia. Allah akan menyertai dia dan membuat dia kuat seperti tiang besi, tak ada yang menang melawan dia.

Seperti Yeremia, kita disayangi Allah secara spesial. Bahkan ketika kita ditolak oleh keluarga, teman dan masyarakat, Allah tidak akan pernah menolak kita. 

Seperti Yeremia, Yesus juga ditolak dan dianiaya, tetapi Allah membela dan melindungiNya. Injil mencatat bahwa Yesus ditolak, tidak hanya oleh orang sebangsa, tetapi juga oleh anggota keluarganya sendiri. 

Penolakan terjadi karena mereka gagal mengenal jati diri Yesus sebagai Mesias yang diutus Allah untuk Israel dan seluruh dunia. 

Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan dua hal.

Pertama, tanpa keterbukaan hati, akan sulit bagi kita untuk menghargai orang lain. Apa yang dikatakan seseorang mungkin relevan (bermanfaat) bagi hidup atau masalah kita, tapi karena kita memiliki prasangka/curiga atau perasaan tidak suka, kita tidak akan pernah menemukan hal menarik atau penting dari kehadiran orang lain. Selama kita tidak membuka hati kita kepada Allah, kita tidak akan pernah menghargai SabdaNya dan mengalami kehadiranNya. Keselamatan terjadi ketika kita menerima Sabda dan kehadiranNya dan kemudian bertobat dari dosa dan kesombongan kita ketika mendengarkan Sabda Allah.

Kedua, tentang iman. Iman bukan soal mengetahui hal-hal tentang Tuhan atau mengulangi rumusan iman. Iman bukan soal melihat, merasakan atau menyentuh perasaan, tetapi percaya bahwa apa yang Tuhan katakan adalah benar dan membawa kita kepada pertobatan. 

St Paulus memanggil kita untuk diubah dalam kasih kepada Allah dan sesama. Tanpa cinta, panggilan dan karunia dalam diri dapat dengan mudah menjadi kepuasan dan pembenaran diri. Kita mungkin memiliki karunia nubuat, tapi tanpa cinta, menjadi ancaman bagi orang lain. 

Kita mungkin memiliki karunia pengetahuan, tetapi tanpa cinta, itu menjadi kesombongan-sok pintar. Kita mungkin memiliki iman, tetapi tanpa cinta, semuanya menjadi kosong. Kita mungkin memiliki amal, tapi tanpa cinta, menjadi menggurui. 

Kita mungkin memberikan tubuh kita menjadi kurban, tetapi tanpa cinta, itu hanyalah ekspresi kesombongan rohani yang sia-sia.

Dalam sifatnya, kasih itu sabar, baik-benar dan sukacita atas apa yang dimilikinya sebagai karunia. Cinta kasih adalah kualitas tertinggi. St Paulus mengatakan bahwa cinta lebih besar dari pada iman dan harapan. 

Karena iman tanpa cinta adalah kosong, dan harapan tanpa cinta bisa menggiring kita kepada keputusasaan. 

Cinta adalah api yang menyalakan iman dan cahaya yang mengubah harapan menjadi kepastian. Mari kita mohon agar Bapa senantiasa mencurahkan cinta kasih-Nya sehingga iman kita berbuah kebaikan dan harapan diperkokoh. Tuhan memberkati!

HOMILY MINGGU BIASA IV/C

Yer 4-5, 17-19; I Kor 12, 31-13, 13; Luk 4, 21-30

Penulis: Romo Ambrosius Misa, Dosen senior STT Pastor Bonus Pontianak. Asal Wolowaru Ende, Bertugas di Keuskupan Sintang Keuskupan Agung Pontianak.

(su/kp)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content