Jet tempur Dassault Rafale ‘burung besi’ yang dibeli Indonesia. (Foto: AFP/BORIS HORVAT) |
JAKARTA, SUARAUMAT.com – Pemerintah diminta berhati-hati dalam mengelola pendanaan kontrak pengadaan 42 jet tempur Dassault Rafale dari Prancis dan 36 pesawat F-15ID dari Amerika Serikat.
Menurut pengamat pertahanan Anton Aliabbas, hal ini harus dilakukan agar Indonesia tidak terjerumus dalam masalah yang sama yang dialami dengan Korea Selatan saat ini.
Mengingat mahalnya biaya pembelian puluhan alutsista, maka mekanisme dan tata cara pembayaran kontrak harus diatur agar permasalahan pembayaran kontrak pengadaan KFX/IFX dengan Korea Selatan tidak terulang kembali, kata Anton dalam keterangan pers yang diterima oleh media, Senin (14/2).
Sengkarut dalam masalah kontrak kerja sama pembuatan jet tempur dengan Korea Selatan itu adalah pembayaran kewajiban dari Indonesia terhenti sejak tahun 2017.
Diketahui, Indonesia dan Korea Selatan menandatangani perjanjian kerja sama untuk berbagi biaya produksi jet tempur KFX/IFX pada tahun 2014 dan 2016.
Dalam kontrak kerja sama tersebut dijelaskan bahwa Pemerintah Korea Selatan menanggung pembiayaan sebesar 60 persen, kemudian sisanya dibagi rata antara Pemerintah Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI) masing-masing sebesar 20 persen.
Baca juga: Masuk dalam 4 Negara yang terancam hancur jika terjadi perang dunia III, benarkah Amerika Serikat akan menjadi negara terbelakang?
Dari persentase tersebut, Indonesia menanggung beban pembiayaan sebesar Rp. 20,3 triliun. Dari jumlah itu, Indonesia masih menunggak Rp 7,1 triliun.
Selain itu, para insinyur engineer PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang dikirim ke Korea Selatan untuk menjadi bagian dari tim proyek mengeluh karena tidak diberikan akses, termasuk dalam teknologi tingkat tinggi yang sensitif .
Penyebab akses teknologi itu terhambat karena masalah diplomatik. Korea Selatan menyatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak memiliki perjanjian akses teknologi tingkat tinggi atau sensitif dengan Amerika Serikat.
Ini disebabkan karena Korea Selatan menerima panduan teknologi itu sebagai bagian dari kontrak untuk membeli jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin.
Walau demikian, Indonesia menyatakan akan terus melanjutkan kerja sama itu karena apabila membatalkan secara sepihak bisa menimbulkan kerugian yang banyak.
(Su/Kpn)