Ilustrasi perawatan pasien hepatitis akut misterius ditanggung BPJS [Istockphoto/ Hailshadow] |
JAKARTA, SUARAUMAT.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menunjuk Rumah Sakit Penyakit Menular (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara, sebagai fasilitas kesehatan rujukan untuk kasus misterius infeksi hepatitis akut.
Sementara itu, Muhadjir memastikan seluruh biaya rawat inap pasien anak dengan gejala Ichterus (penyakit kuning) dan Hepatitis ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Hal tersebut dikarenakan kasus hepatitis misterius telah menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakit kuning sejauh ini.
“Apabila terjadi eskalasi situasi, kemudian dinyatakan sebagai kondisi tertentu, kejadian luar biasa atau wabah atau darurat bencana nonalam, maka biaya perawatannya bisa ‘dicover’ oleh pemerintah,” kata Muhadjir saat dikonfirmasi Antara, Senin (9/5).
Muhadjir juga menginstruksikan pasien hepatitis atau penyakit kuning untuk segera dirujuk ke fasilitas rumah sakit tipe A untuk percepatan penanganan.
Ia juga mengingatkan masyarakat bahwa gejala kuning di area mata dan tubuh serta kondisi pasien yang tidak sadarkan diri merupakan gejala yang muncul saat hepatitis sudah parah.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menambahkan, bayi yang lahir dengan kondisi mirip penyakit kuning belum tentu hepatitis. Karena menurutnya, penyakit kuning pada bayi bisa terjadi secara fisiologis maupun patologis, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut ke dokter.
Menko PMK Muhadjir Effendy. [Foto: Dok. Istimewa) |
Dihubungi terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah akan menanggung sepenuhnya biaya pemeriksaan laboratorium whole genome sequencing (WGS) pada pasien anak dengan gejala hepatitis akut berat.
“Kalau WGS-nya pemerintah yang tanggung, kalau terkait pemeriksaan hepatitis lainnya sesuai mekanisme pembiayaan kesehatan yang ada,” ujar Nadia.
Nadia juga mencatat, saat ini ada empat kasus kematian anak yang diduga terinfeksi hepatitis misterius. Namun, karena pihaknya masih melakukan penyelidikan, keempat kasus kematian tersebut masih dikategorikan sebagai pending klasifikasi.
Empat kasus kematian pada anak-anak tersebut menunjukkan gejala yang hampir sama. Beberapa di antaranya mirip dengan gejala penyakit kuning. Kemudian demam, diare, urin lebih pekat dan feses pucat.
Siti Nadia Tarmizi. [Foto: Dok. Kemenkes] |
Oleh karena itu, Nadia mengingatkan warga agar agar mulai sadar perihal pencegahan penularan hepatitis misterius.
Salah satunya penularan melalui saluran pernapasan yang dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas.
Sedangkan pencegahan penularan melalui saluran cerna dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Ia juga menyarankan sebaiknya masyarakat menghindari membeli makanan dan minuman dari luar.
[sum/Antara/kp]