12 Desember 2024

Bangsa Indonesia Dibentuk Dari Masyarakat Gotong Royong
Foto: Ilustrasi gotong royong. [Foto: pajakku.com]

SUARAUMAT.com – Melihat kondisi saat ini khususnya kebatinan Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai, ibarat memegang dua ujung api yang tak kenal padam. Artinya, ketika pemerintah bergerak maju membangun di berbagai sektor, di sisi lain ada sekelompok orang yang mengaku Indonesia mempropaganda intoleransi, radikalisme dan terorisme. 

Parahnya lagi, kelompok yang berseberangan dengan pemerintah suka sekali membawa isu-isu sensitif seperti keyakinan agama tertentu, yang seharusnya menjadi sumber kedamaian bagi semua umat manusia di muka bumi khususnya di Indonesia untuk sama-sama membangun bangsa ini menuju kejayaan sesungguhnya.

Menyikapi hal ini, seorang penulis buku kenamaan Dr. Merphin Panjaitan menuangkan buah pikirannya melalui sebuah tulisan yang sangat edukatif tentang salah satu tahapan awal mula terbentuknya Bangsa dan Negara yang bernama Indonesia.

Wartawan Suaraumat.com berhasil melakukan sebuah wawancara imajiner dengan Sang Penulis (Dr. Merphin Panjaitan), berikut petikannya:

Kun (K): Selamat siang Pak Merphin, maaf saya telah mengganggu waktu Bapak. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang mau saya tanyakan kepada Bapak, apakah Bapak bersedia untuk wawancara saya ini? 

Dr. Merphin Panjaitan (MP): Selamat siang, silakan pertanyaan apa yang mau ditanyakan.

(K): Bagaimana kisah awal bangsa dan negara yang bernama Indonesia ini terbentuk dari perspektif yang Bapak ketahui, bisa diceritakan? 

(MP): Toleransi menghormati kemerdekaan pribadi; kemerdekaan pribadi mendapat perlindungan dari tirani penguasa dan tirani mayoritas, itu poinnya dulu di tengah keberagaman Indonesia yang mulai terusik saat ini.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat gotong royong. Gotong royong berasal dari gabungan dua kata Jawa, yaitu gotong berarti pikul, dan royong berarti bersama, dan gotong royong artinya pikul bersama. 

Pada masa lalu, dan juga masih terjadi hingga sekarang, masyarakat di pedesaan memindahkan rumah atau kandang ternak yang terbuat dari kayu atau bambu, dalam jarak tidak terlalu jauh, dengan memikul bangunan tersebut beramai-ramai.

Kemungkinan besar istilah gotong royong pada awalnya berasal dari kegiatan ini. Gotong royong adalah kerja sama sukarela dalam persaudaraan, setara, merdeka, dan tolong menolong untuk kebaikan bersama. 

Gotong royong telah berlangsung di Indonesia sejak ratusan ribu tahun lalu, dimulai pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, sejak sekelompok manusia mulai berburu hewan besar. 

Mereka bekerja sama, mulai dengan mengatur siasat, mempersiapkan alat, kemudian bersama-sama memburu hewan, menangkap dan melumpuhkan, membawa pulang ke pangkalan dan membagi hasil buruan kepada semua warga kelompok.

Perburuan hewan besar hanya dilakukan oleh laki-laki dewasa, perempuan dan anak-anak serta orang tua tinggal di pangkalan dengan tugas mengumpulkan bahan makanan dari sekitarnya seperti hewan kecil, buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian dan daun-daunan.

Manusia gotong royong adalah manusia merdeka, dan keikutsertaannya dalam gotong royong adalah sukarela, tanpa paksaan dari pihak mana pun. 

(K): Indonesia merdeka dari para penjajah karena gotong royong juga, nah setelah merdeka apakah semua rakyatnya merasakan kemerdekaan itu dalam konteks yang lebih spesifik soal menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing, bagaimana menurut pendapat Bapak?

(MP): Manusia merdeka derajatnya setara, tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah; dan tidak ada yang bisa memaksakan kehendaknya terhadap yang lain. 

Manusia merdeka terbebas dari rasa ketidakberdayaan dan ketergantungan; merdeka dalam menentukan pikiran dan tindakannya; tidak berada dibawah kekuasaan pihak lain; menghargai kemerdekaan orang lain, sebagaimana dia menghargai kemerdekaannya. 

Manusia merdeka rasional dan toleran, dan menempatkan tingkah lakunya di bawah kendali akal sehat; suka mengambil inisiatif dan melaksanakannya dengan senang hati; menerima akibat dari perbuatannya, berhasil ataupun gagal; mereka menggunakan kemerdekaannya dan memikul tanggung jawab atas pilihannya. 

Manusia merdeka bersikap toleran, yaitu mengakui hak menentukan sendiri yang dimiliki orang lain. Toleransi menghormati kemerdekaan pribadi; kemerdekaan pribadi mendapat perlindungan dari tirani penguasa dan tirani mayoritas. 

Walaupun kehendak mayoritas akan menjadi kebijakan negara, tetapi harus dihindari perampasan kemerdekaan individu. Toleransi dibutuhkan oleh karena disadari tidak ada manusia yang mempunyai kebenaran mutlak sepanjang masa; toleransi juga perasaan jujur dari dalam diri manusia, bahwa mungkin saja kebenaran ada di pihak lain.

(K): Orang Indonesia dikenal dari dulu oleh dunia internasional sebagai sebuah negara yang dihuni oleh para penduduknya yang penuh dengan keramahtamahan, bagaimana dengan kondisi nyata saat ini, di mana kita dipertontonkan ketidakramahtamahan tersebut secara terang benderang, apa penjelasan Bapak? 

(MP): Manusia toleran mendengarkan pendapat orang lain, termasuk yang dianggap salah; menyanggahnya dengan adu argumentasi dan tidak menyerang pribadi yang mengemukakan pendapat tersebut.

Masyarakat gotong royong, lahir dan hidup bersama dalam semangat persaudaraan. Nilai persaudaraan diwujudkan dalam pola pikir dan perilaku: 

“semua bertanggung jawab untuk semua”. Semua warga dapat berbagi rasa dan berbagi beban, berbagi suka dan duka. Individu yang satu dengan yang lain bisa saja memiliki pemikiran dan kepentingan yang berbeda, tetapi dalam kehidupan kemasyarakatan, mereka bersedia hidup bersama dalam persaudaraan; penderitaan seseorang dapat dirasakan yang lain, dan kemudian bersama-sama mengatasinya. 

Nilai persaudaraan adalah perkembangan dari persaudaraan yang tumbuh dalam keluarga, kemudian masuk ke masyarakat, dan selanjutnya berkembang menjadi persaudaraan kebangsaan Indonesia.

(K): Menurut Bapak, zaman milenial dengans segala kecanggihannya saat ini, apakah gotong royong masih diperlukan untuk membangun Indonesia yang bermartabat dan bertoleransi tinggi?

(MP): Gotong royong diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan bertahan sampai sekarang. Di bagian akhir pidato 1 Juni 1945 dalam Sidang BPUPKI, Soekarno menyatakan bahwa Negara Indonesia haruslah Negara gotong royong. 

Gotong royong adalah membanting tulang bersama, memeras keringat bersama, dan perjuangan bantu membantu. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. 

Soekarno mengusulkan gotong royong dalam penyelenggaraan negara Republik Indonesia, yang akan membawa kebahagiaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kerja sama sukarela, bantu membantu dan tolong menolong, keringat semua buat kebahagiaan semua, semua bekerja dan semua berbahagia. 

Gotong royong mewujud dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Presiden Joko Widodo dalam pidatonya yang disampaikan di depan Sidang MPR RI setelah usai mengucapkan sumpah jabatan, 20 Oktober 2014, menyatakan, bahwa tugas sejarah yang berat ini bisa dipikul bersama dengan persatuan, gotong royong dan kerja keras. 

Persatuan dan gotong royong adalah syarat untuk menjadi bangsa besar. Indonesia tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelakangan dan keterpecahan, dan tidak akan pernah betul-betul merdeka tanpa kerja keras. 

Masyarakat gotong royong penghuni Nusantara dalam perjalanan sejarahnya berjumpa dengan berbagai peradaban dunia, terutama Peradaban India, Peradaban Islam, dan Peradaban Barat; dan melalui perjumpaan ini masyarakat gotong royong secara perlahan membarui diri menjadi Bangsa Indonesia, dan kemudian Bangsa Indonesia mendirikan Negara-Bangsa Republik Indonesia…

BERSAMBUNG…

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content