Dr. Merphin Panjaitan. [Foto: Suaraumat.com/Kun] |
Oleh: Dr. Merphin Panjaitan II Penulis Buku: Logika Demokrasi, Peradaban Gotongroyong dan Revolusi Indomesia Menuntaskan Sejarahnya. Tinggal di Jakarta Selatan
SUARAUMAT.com – Ledakan penduduk dan kerusakan bumi terjadi di level dunia dan Indonesia. Pada tahun 2019, penduduk bumi sekitar 7,7 miliar jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk sekitar 1%; pada tahun 2020 penduduk Indonesia 270 juta dengan angka pertumbuhan 1,25% per tahun.
Kalau pertumbuhan penduduk bumi tetap 1% per tahun, penduduk bumi akan berlipat dua dalam 70 tahun, menjadi sekitar 15,4 M pada tahun 2090.
Kalau pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata turun menjadi 1% per tahun, pada tahun 2090 penduduk Indonesia berlipat dua menjadi 540 juta jiwa. Kedua angka tersebut adalah angka bencana; bencana bumi, bencana sosial, bencana politik, bencana ekonomi, bencana kemanusiaan, dan berbagai bencana lainnya.
Kita tidak punya pilihan lain, ledakan penduduk Indonesia dan bumi harus segera kita hentikan. Masyarakat dunia harus bergotong royong dalam kerja besar ini; penghentian ledakan penduduk harus segera dijalankan dengan segala kekuatan yang tersedia. Waktu kita tinggal sedikit, dan waktu yang sedikit itu terus berkurang.
Ledakan penduduk Indonesia
Penyebab utama ledakan penduduk Indonesia adalah perkawinan dini yang terlalu banyak. Perkawinan wanita Indonesia pada usia 25 tahun ke atas sekitar 20%. Kita harus mau dan mampu meningkatkan persentase perkawinan wanita 25 tahun ke atas menjadi sekitar 90% dalam 20 tahun ke depan ini.
Target ini sangat berat, tetapi perlu. Sangat berat, karena yang membuat banyak perkawinan dini adalah masyarakat kita sendiri, terutama kaum pria.
Secara umum kaum pria yang sekarang sangat dominan dalam masyarakat kita, dengan sadar atau tidak membuat wanita Indonesia tetap lemah, antara lain dengan mengkondisikan dan mendorong wanita cepat kawin.
Pendidikan sekedarnya saja; pekerjaan terutama pekerjaan rumahan; dan akibatnya posisi dan peran wanita dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan, secara umum, ya sekedarnya saja.
Kurang kuat dan kurang strategis. Akibatnya perkawinan dini dan banyak anak. Melihat kenyataan ini, kalau kita ingin menghentikan ledakan penduduk Indonesia, kita tidak punya pilihan lain.
Perkuat wanita Indonesia, menjadi sama kuat dengan laki-laki, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Misalnya, setiap keluarga bebas menentukan siapa yang jadi kepala keluarga, suami atau istri.
Saya pikir akan baik bagi Indonesia, kalau sejak Pilpres 2029, kita memilih 7 orang wanita secara berturut-turut menjadi Presiden RI. Kondisi seperti ini, akan membuat kekuatan wanita dan pria di Indonesia seimbang.
Dan dengan demikian perkawinan wanita Indonesia usia 25 tahun ke atas meningkat menjadi sekitar 90%; angka kelahiran menurun tajam yang akan membuat angka pertumbuhan penduduk turun menjadi 0% per tahun; dan saya pikir hal ini bisa diwujudkan sekitar 50 tahun dari sekarang.
Editor: Konrad