[Foto ilustrasi Istimewa] |
Oleh:
Dr. Merphin Panjaitan, M.Si II Penulis Buku Logika Demokrasi, Peradaban Gotong Royong dan Revolusi Indonesia Menuntaskan SejarahnyaJAKARTA, SUARAUMAT.com – Politisasi agama berangkat dari pengakuan bahwa derajat manusia berbeda berdasarkan agama yang dianut. Biasanya, penganut agama mayoritas menganggap bahwa derajat mereka lebih tinggi dari penganut agama lain yang minoritas.
Pemikiran ini lazim muncul di kalangan politikus yang dalam kondisi setara kemungkinan akan kalah dalam pemilihan umum. Masih segar dalam ingatan kita, Pilgub DKI Jakarta 2017 di mana politisasi agama mempertontonkan dirinya dengan telanjang di hadapan masyarakat Jakarta, bahkan Indonesia juga dunia.
Semuanya hanya satu tujuan yakni untuk memenangkan pasangan calon tertentu. Politisasi agama dijalankan tanpa malu-malu, mereka tidak mau mendengar kritikan yang penting menang.
Cara apa pun digunakan, termasuk cara yang tidak demokratis yang bertentangan dengan Pancasila dan melawan NKRI. Mereka hanya ingat satu kata MENANG.
Politisasi agama, bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba. Politisasi agama adalah gerakan politik yang direncanakan jauh-jauh hari, dengan peta jalan yang telah disiapkan dan disosialisasikan di kalangan elite kelompok masyarakat tersebut.
Politisasi agama dimulai dengan menonjolkan perbedaan antar penganut agama yang berbeda, salah satunya perbedaan tampilan dalam berpakaian.
Kemudian dilanjutkan dengan mengobarkan kebencian dan permusuhan antarkelompok masyarakat yang berbeda agama.
Setelah itu, politisasi agama dijalankan. Misalnya, mereka akan mengatakan, semua warga negara Indonesia berhak menjadi presiden, gubernur, bupati, wali kota dan anggota DPR RI.
Tetapi jangan lupa, agama yang kita anut mengajarkan bahwa kita hanya boleh memilih yang SEIMAN. Memilih yang lain, artinya akan sulit masuk SURGA.
UUD 1945 tidak bicara tentang SURGA dan NERAKA, tetapi bagian pemasaran POLITISASI AGAMA, sangat rajin bicara tentang SURGA dan NERAKA, seolah-olah mereka pernah berkunjung ke sana. Ya mereka ini memang layak menjadi JUARA BOHONG dan DUSTA.
Mengapa saya katakan, politisasi agama menjadi perangkap keterbelakangan yang membuat kita terbelakang dari bangsa-bangsa lain?
Pertama, politisasi agama akan menghasilkan politikus pembohong, berminat jadi politisi tetapi kemampuan rendah. Misalnya, untuk jadi lurah saja belum mampu, tetapi ingin jadi bupati. Ya, supaya bisa terpilih, jualan agama dan surga, kepada pemilih yang pendidikannya rata-rata rendah.
Kedua, terjadi proses pembodohan masyarakat, di dalam negara yang seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
Ketiga, politisasi agama akan memecah belah bangsa Indonesia, saling membenci dan saling memusuhi hanya oleh karena berbeda agama.
Perlu diingat, kita harus mendukung NKRI dalam upaya menggalang kemajemukan bangsa Indonesia untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama seluruh rakyat Indonesia.
Menghadapi politisasi agama hanya ada satu kata LAWAN. Politisasi agama bertujuan meruntuhkan NKRI dan dibekas reruntuhan itu mereka para pendukung negara khilafah dunia akan mendirikan NEGARA KHILAFAH DUNIA.
Kita sama-sama mengetahui tujuan gerakan mereka itu. Mereka sedang mendirikan negara dalam NKRI. Sementara mereka masih lemah, mereka bermanis mulut dan berbohong, mereka katakan setia kepada NKRI.
Tetapi, ingat perkataan saya ini, kalau mereka sudah kuat, mereka akan gunakan kekerasan dan diskriminasi. Mereka akan menggantikan NKRI dengan negara khilafah dunia, dan mereka jadi pemimpinnya.
Dalam NKRI mereka selalu kalah dalam pemilihan umum, dan karena itu mereka ingin meruntuhkan NKRI dari dalam dan menggantikannya dengan negara khilafah dunia, dan mereka langsung jadi pemimpinnya.
Mereka lupa, atau sengaja melupakannya, bahwa sebelum mendirikan NKRI, rakyat Indonesia telah sepakat membuat Kontrak Sosial Rakyat Indonesia, yaitu: Sumpah Pemuda, Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan Pembukaan UUD 1945.
Republik Indonesia adalah negara bangsa yang berdemokrasi dengan kesetaraan derajat manusia, dan itu sudah final.
Mari kita jalankan sebagai bangsa Indonesia, untuk keluar dari perangkap keterbelakangan dan bergerak maju dengan langkah pasti, menuju Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Lawan politisasi agama yang bertujuan mengganti dasar negara Pancasila, jangan pernah takut karena masa depan keutuhan Negara ini ada di tangan kita yang mencintai Indonesia dengan segala perbedaannya.
Salam Damai Indonesiaku, Indonesia Kita, Indonesia untuk masa depan anak cucu kita.
Editor: Konrad