[Kolase Foto: Suaraumat.com/Konrad] |
Penulis: Kun
SUARAUMAT.com – KKN Desa Penari, menjadi film horor yang berhasil mencuri perhatian publik tanah air. Film yang dibintangi oleh Adinda Thomas, Achmad Megantara, Aulia Sarah dan Tissa Biani ini berhasil memecahkan rekor film horor dengan meraih 9,1 juta penonton hingga Senin (13/6/2022), mengutip akun Instagram @kknmovie.
Film KKN di Desa Penari ini diketahui berlatar belakang thread viral di Twitter pada tahun 2019 oleh akun bernama Simpleman. Ceritanya tentang bencana sekelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa terpencil. Di tengah boomingnya film tersebut, publik masih mencari kebenaran cerita KKN Desa Penari, terutama terkait lokasi kejadian.
Sebab, pihak Production House yang memproduksi film tersebut juga menyembunyikan daerah tersebut. Namun baru-baru ini seorang kepala desa angkat bicara. Sang kepala desa mengungkap dimana lokasi dari cerita KKN Desa Penari tersebut, yakni di desa Bayu, Banyuwangi, Jawa Timur.
Pasalnya, Production House yang memproduksi film tersebut juga menyembunyikan daerah tersebut. Namun baru-baru ini seorang pendeta angkat bicara. Sang pendeta pun mengungkap di mana letak daerah dari cerita KKN Desa Penari itu berada. Berikut ceritanya!
“Menurut yang saya pelajari dari foto-foto di media, baik 1995-1996 dan 2009 adalah Dua peristiwa KKN yang berbeda. Sebab dari foto-fotonya ada beberapa yang berbeda. Karena pada tahun 1997-1998 saya sebagai misionaris atau hamba Tuhan (Sebagai Pendoa-Praise and Worship), saya ada di kota B. Kebetulan salah satu ketua tim adalah seorang wanita asli Belanda Banyuwangi.
Dan ibu itu pernah bercerita pada tahun 1995-1996 ada KKN yang juga memakan korban jiwa. Jadi peristiwa 1995-1996 dan 2009 adalah dua peristiwa yang berbeda, namun tujuan sama dan juga memakan korban. Entah benar atau tidak cerita tersebut.
Jadi pendapat saya cerita dan peristiwa seperti KKN tersebut, adalah peristiwa yang berulang. Bahkan disetiap daerah pun ada. Dimana setiap tempat tertentu telah ditaruh dan diletakkan pada ikatan kuasa dan kekuatan jahat secara turun temurun.
Mengingat Mission Trip saya dan Tim Misi yang dipimpin seorang Ibu ssli keturunan Banyuwangi dan Belanda.
Saat di kota Banyuwangi memang kami disambut oleh sosok patung penari Gandrung. Selain Itu kami disambut oleh banyaknya patung Ular berkepala manusia dengan mahkota, Badarawuhi.
Menurut penduduk dan ibum pemimpin atau ketua misi saya, sosok itulah yang sejak dulu menjadi sosok penguasa Timur Jawa. Sosok itu tinggal di Banyuwangi. Dan sosok penari Gandrung adalah titisannya.
Ditambah lagi, sejak zaman dulu dan saat itu, apabila seorang wanita yang menyukai pria baik wanita tersebut dari Banyuwangi atau bukan, namun ditolak cintanya. Banyak diantara mereka meminta bantuan sosok penguasa tersebut. Sama persis seperti menurut cerita KKN desa penari.
Dengan syarat wanita yang menyukai pria yang menolaknya harus melakukan tarian dengan selendang yang diberikan sosok penguasa tersebut, sambil mengibas-ngibaskan selendangnya ke pria yang disukainya, maka pria tersebut akan menyukai dia.
Sebagai seorang Pendoa, Praise and Worship, tim hamba Tuhan yang sedang menjalankan misi. Memang kami mengalami beberapa peperangan rohani, bahkan jasmani dalam konteks iman Kristen, yang harus kami ambil tanggungjawab demi umat Tuhan di kota Banyuwangi.
Pesannya, otoritas yang kita punya dalam hidup kita, akan berfungsi apabila kita melekat dengan Tuhan. Namun jangan mencobai diri kita sendiri didalam segala sesuatu.
Sebelum kita pergi ke tempat tertentu, pastikan kita menggunakan otoritas dan kuasa yang ada pada kita, sambil menjaga diri, menjaga hati.
Opini tentang KKN di Desa Penari
Aulia Sarah dalam film KKN di Desa Penari. [Foto: Instagram/@kknmovie] |
Peristiwa itu adalah pengulangan dari kisah nyata yang pernah terjadi di kota Banyuwangi.
Perlu kita mengenali, ketahui, dan mengerti bahwa mungkin peristiwa itu tidak masuk di akal, karena korban yang hilang tidak dapat ditemukan, tetapi sebenarnya masuk akal. Karena Allah membuat semua makhluk di bumi ini termasuk makluk roh. Hanya kita yang tidak mau mengakui hal tersebut.
Apabila pemerintah Kota Banyuwangi kemudian tidak mengakui bahwa peristiwa itu terjadi. Itu adalah wewenang mereka untuk menutupi peristiwa yang telah berulang terjadi dekade demi dekade.
Pemerintah Kota Banyuwangi tentunya mempunyai alasan sendiri ketika menutupi realita kisah nyata itu. Mungkin demi melindungi kearifan lokal, adat istiadat nenek moyang mereka yang sampai hari ini masih menjadi suatu keyakinan penduduknya.
Tetapi percayalah, saya sebagai pelaku Misi pemberitaan Injil Kristen yang pernah melakukan dan MENGERJAKAN pekerjaan di kota Banyuwangi. Saya dan tim sering sekali mengalami peristiwa yang serupa dari peristiwa KKN di Desa Penari.
Sebagai saran untuk siapa pun yang membaca opini saya ini, dan yang tinggal di bumi Nusantara ini. Sebaiknya kita tidak boleh menyangkali, bangsa kita memang dalam sejarah berdiri dan sejarah pertumbuhannya sampai menjadi Republik, bahkan setelah menjadi Republik, memang ada di dalam kekayaan budaya dan adat istiadat yang berhubungan dengan roh selain dunia “manusia”.
Andaikata Anda dan saya menyangkalinya, kita sesungguhnya sedang mengkhianati Republik dan bangsa kita sendiri. Dan sesungguhnya, masih banyak peristiwa yang terjadi di belahan Republik dan bangsa kita ini. Ya, mereka kisah nyata seperti KKN di Desa Penari.
Alas Danda atau Desa Penari
Jadi Desa Penari adalah Desa yang bisa dikatakan sebagai Desa asal muasal berdirinya Kota Banyuwangi. Dimana di sana ada Rowo Bayu atau telaga Bayu, tempat mandi dan tempat persinggahan Raja Blambangan.
Sebut saja Desa itu Desa Dukuh atau Desa Darawuhan atau pada masa sebelumnya disebut Alas Danda. Letaknya 2 kilometer dari Desa Wisata Nasional Banyuwangi. Keduanya terletak di alas Gumitir atau hutan Gumitir.
Desa tersebut ratusan tahun adalah sebagai situs terlarang. Tidak boleh sembarang dikunjungi. Menurut cerita ibu dari ketua Misi Kristen saya, yang asli Belanda Banyuwangi, desa itu dulu ditinggali seorang dukun pengobatan yang berilmu tinggi selain juru kunci, tetapi saat kami disana dukun itu telah meninggal.
Sekarang desa itu dijaga oleh juru kunci secara turun temurun. Dan sampai Hari ini tidak ada yang boleh merubah keadaan desa itu baik bangunan, interior, dan lain-lain. Tuhan memberkati.***
Editor: Konrad