PNIB Solo Raya Tolak Safari Politik Anies Baswedan, Khilafah Radikalisme Terorisme dan Politik Identitas. [PNIB/Suaraumat.com] |
SUARAUMAT.com – Anies Baswedan kembali mendapat penolakan dari masyarakat.
Kali ini penolakan datang dari warga masyarakat yang mengatasnamakan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu atau PNIB Solo Raya Jawa Tengah.
Menurut Ketua Umum PNIB AR Waluyo Wasis Nugroho atau Gus Wal, aksi penolakan Anies dilakukan warga Solo Raya di depan gerbang tol Klodran Colomadu Karanganyar.
“Kami menolak safari politik terselubung di Kota Solo oleh Anies Baswedan,” tutur Gus Wal dalam pesan singkat, Senin (26/12/2022).
PNIB Solo Raya Tolak Safari Politik Anies Baswedan, Khilafah Radikalisme Terorisme dan Politik Identitas. [PNIB/Suaraumat.com] |
Aksi penolakan Anies Baswedan tersebut dipimpin oleh Krisna sebagai Koordinator Lapangan (Korlap) PNIB Solo Raya.
Warga mengaku punya alasan kuat untuk menolak kehadiran Anies Baswedan di Kota Solo.
Pasalnya menurut mereka, Anies identik dengan sosok yang telah terbukti memainkan politik identitas pemecah belah bangsa.
“DKI Jakarta menjadi saksi betapa bahayanya politik identitas yang dimainkan Anies Baswedan kala dirinya menjadi Gubernur,” tegas Gus Wal.
Massa juga membawa beberapa tuntutan, antara lain:
– menolak kunjungan safari politik Anies Baswedan
– menolak politik identitas yang diusung Anirs Baswedan
– mengecam pelanggaran mencuri start dengan melakukan kampanye terselubung
– menuntut Bawaslu menindak tegas segala pelanggaran yang dilakukan Anies menjelang kampanye Pilpres 2024.
PNIB Solo Raya Tolak Safari Politik Anies Baswedan, Khilafah Radikalisme Terorisme dan Politik Identitas. [PNIB/Suaraumat.com] |
Gus Wal menambahkan, aksi PNIB Solo Raya murni aspirasi warga masyarakat yang tidak rela Kota Solo dijadikan wajah politik identitas, khilafah, radikalisme dan terorisme.
“Warga masyarakat Kota Solo cinta damai, dan menolak kunjungan safari politik identitas Anies Baswedan,” ungkap Gus Wal.
Ledih dalam, pria yang juga seorang santri itu menekankan pentingnya warga masyarakat Indonesia sadar akan bahaya laten politik identitas, radikalisme, terorisme, khilafah dan intoleransi.
Dia pun mengajak senantiasa bersama-sama menjaga daerah masing-masing dari ajarang-ajaran yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.***