12 Desember 2024

PNIB: Indonesia Tak Butuh Politik Identitas, Wahabi Khilafah dan Radikalisme Penyemai Terorisme
PNIB: Indonesia Tak Butuh Politik Identitas, Wahabi Khilafah dan Radikalisme Penyemai Terorisme. [PNIB/Suaraumat.com]


SUARAUMAT.com –
PNIB sebuah organisasi masyarakat yang terus menyuarakan secara lantang terhadap politik identitas, wahabi, khilafah, radikalisme dan terorisme.

Menurut PNIB semua yang disebutkan di atas merupakan ancaman keutuhan NKRI, oleh karena itu satu kata, lawan dan lawan, sampai tidak ada ruang bagi mereka untuk berkembang.

Meski demikian, PNIB juga senantiasa mengimbau kepada saudara sebangsa dan setanah air yang sudah terlanjur terdoktrin paham-paham terlarang seperti khilafah, wahabi, politik identitas, radikalisme dan terorisme untuk segera sadar dan kembali ke pelukan Ibu Pertiwi.

Nah, hal ini juga dikaitkan dengan neokolonialisme modern yang memang sengaja dimainkan oleh negara-negara barat terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Perihal tersebut, Ketua Umum PNIB AR Waluyo Wasis Nugroho alias Gus Wal blak-blakan kepada Suaraumat.com.

Neokolonialisme di mata Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) 

Neokolonialisme adalah praktik kekuatan kultural kapitalisme, globalisasi, dan imperialisme guna menguasai suatu negara (biasanya bekas jajahan Eropa di Afrika atau Asia) sebagai pengganti kontrol politik atau militer secara langsung.

Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) AR Waluyo Wasis  Nugroho atau Gus Wal mengutarakan pendapatnya tentang neokolonialisme di Tanah Air.

Berikut petikan wawancaranya!

Neokolonialisme sudah masuk jauh ke tengah-tengah masyarakat dan memberi pengaruh besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia! Apa pendapat Anda Gus Wal? 

Ya, penjajahan gaya baru sudah bukan lagi dengan cara adu senjata atau peluru, tetapi penguasaan, monopoli dan dominasi beberapa sektor yang berasal dari luar, itu termasuk penjajahan secara sistematis.

Konkretnya neokolonialisme itu seperti apa, bisa disebutkan bentuknya, Gus?

Yang paling terasa adalah penjajahan di bidang ideologi. Cara Amerika dan sekutunya memecah belah negara kita sangat halus dan dalam. 

Mereka memakai skema politik identitas. 

Apa itu politik identitas? 

Yaitu fanatisme berlebihan demi sebuah tujuan dengan mengedepankan suku agama dan ras.

Di Indonesia sebagai negara penganut Muslim terbesar di dunia, identitas agama menjadi dikedepankan untuk menguasai kepentingan tertentu.

Artinya sesama Muslim diadu domba atau untuk berebut kepentingan kekuasaan?

Saya melihat liciknya mereka memanfaatkan banyak metode adu domba. 

Saya sebutkan saja, khilafah itu kamuflase ideologi yang direkayasa Amerika dan sekutunya untuk memecah belah sesama Muslim. 

Doktrin agama menjadi landasan mengkotak-kotakkan Muslim dengan alasan syariat Islam. 

Sementara saat memecah budaya dan kearifan lokal mereka meminjam tangan kelompok Wahabi.

Jadi Wahabi dan Khilafah yang masuk ke Indonesia merupakan rekayasa negara barat untuk memecah belah Indonesia?

Ya, ideologi khilafah awalnya dibawa masuk oleh organisasi Ikhwanul Muslim (IM) tujuannya untuk melawan imperialis barat di negara yang sedang memperjuangkan kemerdekaan.

Semenjak IM dibubarkan karena diduga mendalangi pembunuhan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser tahun 1965, mereka pecah. 

Sebagian besar pengikutnya lari ke luar negeri termasuk Indonesia dan mendirikan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). 

Khilafah Islamiah menjadi ideologi dasar mereka dengan tujuan mendirikan negara Islam.

Apa hubungannya IM di Mesir dan HTI di Indonesia, Gus Wal?

Negara barat yang menjadi musuh IM melakukan operasi intelejen berhasil menyusup ke IM dengan tumbal Presiden Mesir yang tewas dibunuh. 

Setelah mereka pecah, sebagian direkrut dan dibiayai untuk melarikan diri ke luar negeri. 

Dari awalnya IM memusuhi kolonialis barat berubah menjadi mendirikan negara Islam melalui Ideologi khilafah. 

Anda tahu di Indonesia ideologinya Pancasila, sudah pasti bertentangan dengan Khilafah dengan organisasi HTI dan laskar FPI-nya. 

Anda lihat perlawanan pemerintah NKRI sudah begitu masif dengan membubarkan kedua organisasi tersebut. 

Mereka terbukti telah memprovokasi kelompok-kelompok Islam untuk melawan Pancasila yang ujungnya mengganti dengan Khilafah.

Ok Gus! Lalu bagaimana dengan kelompok Wahabi di Indonesia? Ini penting juga dijelaskan kepada masyarakat yang selama ini hanya tahu namanya tapi jarang paham perjuangannya!

Wahabi itu kelompok aliran Islam yang berjuang mengembalikan Islam pada Al-Qur’an dan Hadis dan melarang kebudayaan lain yang dianggap merusak Islam. 

Di Indonesia, Islam berkembang menyatu dengan kebudayaan yang ada.

Wahabi sangat ketat melarang budaya asing maupun lokal. 

Ini gerakan berbeda dengan Khilafah, Wahabi lebih bersifat Arabisasi baik secara perilaku maupun pemahamannya. 

Wahabi menolak akulturasi budaya yang terjadi antarsesama Muslim, apalagi non Muslim. 

Mereka anti keberagaman, pokoknya dianggapnya Islam murni dari Arab yang paling benar. Yang lain salah.

Siapa di balik perjuangan Wahabi di Indonesia, Gus Wal?

Anda tahu di Arab sendiri sejak sumber daya alamnya dikuasai oleh negara kapitalis barat, Wahabi sendiri mulai pudar dan mulai ditinggalkan. 

Kalaupun kemudian berkembang di negara lain, itu pasti sudah berubah menjadi kepentingan politik. 

Negara kapitalis meminjam tangan Arab Saudi untuk tetap melestarikan Wahabi demi kepentingan kolonialis juga. 

Amerika dan Eropa sebenarnya pusing dengan bersatunya umat Muslim di Indonesia, salah satu caranya ya dengan memecah belah. 

Setelah pecah dan terjadi perang saudara, mereka masuk dengan kedok membela salah satu kubu. 

Dan ketika salah satu kubu yang didukung menang, maka otomatis punya hutang politik.

Jadi Khilafah dan Wahabi sama-sama berbahaya Gus?

Sudah pasti, sama-sama anti Pancasila dengan berbagai kiat menghancurkannya. 

Pancasila itu anti kapalitalis dan kolonialis, makanya dimusuhi Amerika dan sekutunya. 

Tapi kita masih beruntung, Khilafah dan Wahabi di Indonesia tidak bersatu, meskipun berasal dari sutradara yang sama.

Apa kesimpulan dari semua yang Gus sampaikan ini?

Neokolonialisme wujudnya politik identitas, servernya negara kapitalis barat dan Eropa dan mereka menjadikan Khilafah dan Wahabi sebagai proxy (kaki tangannya). Itu saja..! ***

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content