15 Oktober 2024

Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam
Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam. [suaraumat.com/Yohanes Don Bosko Sea]


SUARAUMAT.com –
Sekolah Ignatius Loyola Rempang, Galang Kota Batam, Kepulauan Riau memiliki asrama untuk peserta didiknya yang dikelolah oleh Yayasan Tunas Karya. 

Asrama St. Theresia yang berada di kompleks sekolah itu.

Didirikan untuk menampung anak-anak pulau yang berlokasi berjauhan dari sekolah, agar anak-anak dapat memperoleh pelayanan pendidikan.

Sekolah St. Ignatius Loyola, Rempang Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau.
 Sekolah St. Ignatius Loyola, Rempang Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau.


Inilah misi didirikan sekolah dan asrama. 

Setelah semakin maju dan berkembang, pemerintah mendirikan sekolah-sekolah negeri di pulau-pulau untuk menjangkau anak-anak pulau. 

Walaupun demikian sekolah dan asrama St. Ignatius tetap eksis sampai hari ini. 

Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam
Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam


Sekolah Ignatius memiliki gedung yang bagus begitu juga dengan asrama.

Mereka memiliki berbagai fasilitas yang tidak kalah dengan sekolah di perkotaan dan  asrama ini dikelolah oleh Suster Kongregasi SJMJ.

Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam
Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam


Belasan tahun yang lalu sekolah dan asrama ini mendapat volunteer dari Prancis. 

MEP Volunteer Service kembali mengirimkan anak-anak muda Prancis ke Asia dan Madagaskar pasca-Covid-19 mereda dan dunia kembali pada aktivitas normal. 

Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam
Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam


MEP adalah Missions Etrangeres de Paris, sebuah lembaga religius Prancis yang mengirim sukarelawan ke berbagai negara terutama negara Asia dan Madagaskar untuk kerja kemanusiaan, seperti ke komunitas, sekolah, keuskupan, misi, manajemen proyek, kesehatan, komunikasi dan lainnya. 

Para Volunteer berkerja di tanah misi bervariasi, ada yang tiga bulan, ada yang sepuluh bulan bahkan ada yang sampai dua tahun. 

Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam
Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam.


Salah satu Volunteer yang dikirim ke Asrama St. Theresia, sekolah St. Ignatius Loyola ini adalah Mechtilde.

Anak muda Prancis yang rela datang ke Indonesia dan tinggal bersama komunitas St. Theresia.

Bersama para Suster dan peserta didik usia Sekolah Dasar.

Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam
Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam.


Sebuah tempat yang jauh dari kota dan hingar bingarnya. 

Daerah Rempang termasuk kategori wilayah Hiterland. 

Sebelum bergabung bersama di Asrama, Mechtilde belajar Bahasa Indonesia di sebuah Lembaga Kursus Bahasa Indonesia di Yogyakarta.

Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam
Lebih Akrab dengan Mechtilde Mahasiswi Prancis Peserta MEP Volunteer Service di Asrama St. Theresia, Ignatius Loyola Kota Batam.


Itu sebagai bekal komunikasi sehari-hari selama sebulan. 

Walau Bahasa Indonesianya masih belum lancar, tidak menjadi kendala berarti baginya untuk berkomunikasi dengan para Suster dan anak-anak. 

Justru dengan demikian Bahasa Indonesianya semakin terampil. 

Saat diwawancara oleh media ini, Mechtilde kadang menggunakan Bahasa Inggris dan kadang dalam Bahasa Indonesia. 

Berdasarkan penuturannya, mahasiswi Sastra Prancis ini akan tinggal bersama di sini selama sepuluh bulan. 

Apa yang dikerjakan selama di sini?

Mechtilde membantu pekerjaan para Suster untuk mengurusi dan mendidik anak-anak.

Seperti, bangun tidur bersama anak-anak, kemudian berdoa bersama, sarapan pagi bersama, menemani belajar, membantu mendisiplinkan.

Intinya adalah membantu pekerjaan para Suster. 

“Saya selalu berada bersama anak-anak pada jam mereka di asrama,” kata Mechtilde.

Dia mengaku sangat enjoy dan senang mendapat situasi baru, pengalaman baru dalam hidupnya.

Mechtilde tampak berapi-api menuturkan, apa yang dirasakannya.

“Berbeda jauh dengan pengalaman saya di negara saya, di sana kami lebih individualis sedangkan di sini lebih komunal,” ungkapnya.

“Selalu bersama, doa bersama, makan bersama, bekerja bersama,” katanya. 

Selain memberi kepada Mechtilde rasa berarti yang mendalam karena menyumbang sesuatu kepada orang lain.

Sekaligus kesempatan untuk memperkaya diri dari segi pengenalan budaya dan paradigma baru yang bisa saja mengubah secara radikal perjalanan hidup seseorang. 

“Menjadi Volunteer MEP adalah pengalaman unik saya,” katanya.

Saya dapat belajar dan berada budaya baru, bahasa baru, orang baru, menjalani aktivitas hidup sehari-hari juga baru. Saya berharap anak-anak juga enjoy bersama saya dan juga para Suster,” pungkas Mechtilde. ***

(Yohanes Don Bosko Sea, Batam, Kepri)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content