Membangun Jati Diri Pemain Sepak Bola di Ricky Nelson Academy Mojokerto Jawa Timur. [Dok. RNA] |
SUARAUMAT.com – Demi masa depan para siswa sekolah sepak bola yang kelak menjadi pemain profesional yang berintegritas dan berdedikasi tinggi terhadap profesi mereka terntunya tidak terlepas dari salah satu aspek penting dalam mata rantai sepak bola itu sendiri, yakni pendidikan karakter.
Seperti yang dilakukan salah satu sekolah sepak bola di Mojokerto, Jawa Timur ini.
Rabu (1/2) malam selepas hujan, cuaca sepanjang perjalanan dari Perumahan Japan Asri hingga ke Kelurahan Kemasan cukup dingin.
Membangun Jati Diri Pemain Sepak Bola di Ricky Nelson Academy Mojokerto Jawa Timur. |
Kendati demikian niatku untuk bertemu dan sharing bersama 7 siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto yang sedang menimba ilmu sepak bola di Ricky Nelson Academy (RNA) tidak surut bahkan tak sedingin hawa malam Kamis.
Kehadiran dan kapasitas saya di akademi tersebut adalah sebagai pengajar pendidikan karakter bagi para pemain sepak bola usia muda yang berasal dari beberapa daerah di tanah air. Mereka adalah Arkan, Gabriel, Yansa, Rasya, Gibran, Fafa, dan Mario Kidang.
Membangun Jati Diri Pemain Sepak Bola di Ricky Nelson Academy Mojokerto Jawa Timur. |
Pendidikan karakter yang dihadirkan bagi pemain sepak bola usia muda kali ini adalah menggali, menemukan, menumbuhkan, dan merawat serta menyinkronkan nilai-nilai yang diajarkan pada lembaga formal di SMAN 2 dan korelasi signifikan dengan personalitas yang ditanamkan oleh akademi sepak bola.
Pada sesi sharing, ketujuh siswa membagi pengalamannya selama ini ketika menjadi peserta didik SMAN 2 dan pada saat yang sama menjadi siswa di RNA.
Tuntutan kedisplinan dan sejumlah peraturan dari dua lembaga terkadang menguras pikiran dan energi kendati demikian tidak mengandaskan impian mereka untuk menjadi sosok yang berhasil dalam dunia akademis maupun menjadi pemain sepak bola yang handal di masa mendatang.
Membangun Jati Diri Pemain Sepak Bola di Ricky Nelson Academy Mojokerto Jawa Timur. |
Gibran siswa kelas XI menuturkan bahwa “senang bisa mendapatkan kesempatan untuk sekolah di SMAN 2 karena banyak teman yang pintar bermain sepak bola.”
“Pengalaman ini sangat berharga bagi saya sehingga bisa belajar dari mereka”.
Pendapat ini diamini oleh enam orang teman lainnya.
Menjelang akhir sesi sebagai pengajar saya memberikan penguatan atau reinforcement yaitu respons terhadap sharing pengalaman sembari mendorong mereka untuk terus melakukan peningkatan kualitas atau kapasitas diri melalui latihan yang sudah dijadwalkan dengan baik oleh tim pelatih.
Kedua, menyadarkan mereka sebagai pemain sepak bola masa depan agar memiliki kecerdasan emosional yang baik ketika berada di lapangan maupun saat menjalani hidup sebagai anggota komunitas di mess maupun sekolah.
Ketiga, menghidupkan rasa syukur dalam diri mengingat kecerdasan kinestetik atau kemampuannya bermain sepak bola adalah talenta yang diberikan Tuhan. Oleh karena itu mereka memiliki kewajiban moral mengembangkan dan menggunakan talenta itu sebagaimana mestinya.
Keempat, membangun relasi yang harmonis dengan circle atau lingkaran pertemanan terdekat yang memiliki kesamaan bakat dan keluarga besar di RNA (manajemen, pelatih, dll) serta SMAN 2 (teman sekelas, bapak dan ibu guru, karyawan, dll) tempat ia mengenyam pendidikan formal.
Dua tahun terakhir ini SMAN 2 merupakan salah satu sekolah negeri di Kota Mojokerto mengakomodasi siswa yang memiliki kapasitas non akademik seperti sepak bola, futsal, volley, dll.
Posisi tawar SMAN 2 baik di tingkat kota maupun kabupaten sangat menguntungkan peserta didik yang memiliki potensi terkait untuk bisa melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) juga terbuka lebar.
Gabriel siswa kelas XI yang juga pemain dengan posisi sebagai penjaga gawang mengakhiri kegiatan dengan doa bersama yang disampaikan menurut agama dan kepercayaan masing-masing pemain. ***
John Lobo, Penggagas Gerakan Katakan Dengan Buku, Mojokerto, 2 Februari 2023