16 Januari 2025

PNIB Desak Pemerintah Tindak Tegas Lembaga Pendidikan yang Beraliran Wahabi Khilafah seperti WBS dan PeTIK, Benarkah Yayasan PLN Mendanai?


PNIB Desak Pemerintah Tindak Tegas Lembaga Pendidikan yang Beraliran Wahabi Khilafah seperti WBS dan PeTIK, Benarkah Yayasan PLN Mendanai?
PNIB Desak Pemerintah Tindak Tegas Lembaga Pendidikan yang Beraliran Wahabi Khilafah seperti WBS dan PeTIK, Benarkah Yayasan PLN Mendanai? [Istimewa]


SUARAUMAT.com
Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) terus melakukan edukasi penolakan terhadap eksistensi wahabi dan khilafah di Indonesia.


Salah satunya melalui kegiatan-kegiatan kebangsaan yang sudah mereka lakukan. 


Selain itu PNIB juga melakukan investigasi terhadap beberapa lembaga pendidikan yang disinyalir berafiliasi dengan wahabi khilafah.


Seperti Wonosalam Boarding School (WBS) dan PeTIK (Pesantren Ilmu Teknologi Komunikasi) di Kabupaten Jombang Jawa Timur.


Kedua lembaga pendidikan itu diduga kuat berafiliasi dengan kelompok khilafah dan wahabi transnasional dari luar negeri. 


Parahnya lagi kedua lembaga pendidikan ini tidak mengantongi izin operasional dari Kementerian Agama.


Sebagaimana disampaikan Ketua Umum PNIB AR. Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) baru-baru ini.


“Sekolah WBS PeTIK belum mendapatkan izin dari Kementerian Agama, pendidikannya ikut Paket B dan C dari Sidoarjo,” ujar Gus Wal.


Terkait hal tersebut, PNIB dan masyarakat Jombang dan Jawa Timur berharap pemerintah dan aparat penegak hukum untuk menutup dan mengambil alih Wonosalam Boarding School dan PeTIK.


“Negara harus tutup dan ambil alih Wonosalam Boarding School dan PeTIK,” katanya.

“Untuk WBS yang berada di kawasan pegunungan Wonosalam Jombang sedang dibangun sebuah sekolah berasrama,” beber Gus Wal.


PNIB menyebut punya bukti kuat ada dugaan para pengurus dan pendiri yayasan berafiliasi dengan kelompok 212 dan FPI-HTI yang sudah dibubarkan oleh pemerintah.


Sementara itu di Kecamatan Jombang juga berdiri pesantren PeTik yang sama seperti WBS tidak mengantongi izin operasional alias ilegal. 


“Pesantren tersebut didukung oleh Yayasan anak perusahaan PLN yang juga sudah terpapar aliran Wahabi dan Khilafah” jelas Gus Wal.


“Masyarakat Mangirejo Wonosalam dan Jombang Jawa Timur sangat-sangat resah dengan berdirinya Wonosalam Boarding School dan pesantren PeTIK di daerahnya,” ungkapnya.


Gus Wal menuturkan dengan berdirinya WBS dan pesantren PeTIK berpotensi menyuburkan paham khilafah melalui dunia pendidikan.


“Jombang itu sejak dahulu kala, sejak zaman Majapahit adalah pusat peradaban kebangsaan dan budaya,” katanya.


“Zaman pergerakan pra kemerdekaan menjadi pusat rujukan tentang nasionalisme kebangsaan, agama dan budaya.”


“Sejak Indonesia merdeka sampai kini menjadi kota Santri dan pluralisme.”


“Kehadiran WBS dan pesantren PeTIK ini jelas berbeda dengan sejarah panjang yang terukir dari Jombang”.


“Tradisi budaya Pondok Pesantren yang kuat dan mengakar sangat banyak di Jombang.”


“Kami PNIB beserta masyarakat Wonosalam Jombang dan Jawa Timur meminta dengan sangat kepada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk segera menutup dan mengambil alih Wonosalam Boarding School, pesantren PeTIK,” tegas Gus Wal. 


PNIB menegaskan tak ingin sejarah panjang Jombang yang sangat mewarnai perjalanan bangsa sejak pra kemerdekaan sampai saat ini hilang dan musnah.


“Jangan jadikan Jombang sebagai pusat wahabi dan pusat pembibitan khilafah teroris,” tegas Gus Wal.


Gus Wal pun mengingatkan kembali pemerintah dan aparat penegak hukum terkait lembaga pendidikan yang berisikan paham wahabi dan khilafah.


“Hingga saat ini belum terlaksana aspirasi dari warga masyarakat Wonosalam Jombang, Jawa Timur, yang menginginkan pencabutan izin pendirian kedua yayasan pendidikan tersebut,” katanya.


Hal ini bukan tak berdasar, karena PNIB sering menerima para tokoh masyarakat Wonosalam Jombang yang datang untuk berdiskusi.


“Para tokoh masyarakat datang dan berdialog menyampaikan hal tersebut kepada kami.


“Mereka khawatir jika pesantren PeTIK dan Wonosalam Boarding School yang seluas 96 hektare tersebut dijadikan wadah pendidikan untuk mencetak dan mengkader bibit-bibit manusia radikalis dan teroris seperti di Afghanistan dan Suriah,” tandas Gus Wal. ***

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content