SUARAUMAT.com – Di tengah hijaunya Dusun Mojopereng, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, terdapat sebuah bangunan tua berdinding tembok tegak kokoh dan berdiri megah di puncak Bukit Patrum.
Cerita menyeramkan tentang rumah kecil berukuran tak lebih dari 2×2 meter yang berdiri sendirian di atas bukit itu kerap terdengar dari masyarakat sekitar.
“Jangankan malam hari yang tiada penerangannya, siang hari pun rumah itu tak dapat tersentuh walau wujudnya nampak jelas,” kata salah seorang warga setempat.
Diceritakan bahwa tidak ada yang berani mendekatinya, bahkan hanya untuk melewati jalur di dekatnya. “Sering ada penampakan dan suara-suara aneh dari rumah ini,” ungkap seorang penjaga warung di daerah tersebut.
Kisah-kisah menyeramkan yang menyelimuti rumah tersebut membuat masyarakat sekitar menamainya “Omah Demit” atau dalam bahasa Indonesi berarti “Rumah Hantu”.
Jejak Sejarah Bukit Patrum
Seperti dilansir dari Tribun Solo, Kepala Desa Krakitan, Nurdin, mengungkapkan bahwa bangunan itu memiliki sejarah panjang terkait dengan aktivitas penambangan kapur yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
“Awalnya menyatu, kemudian terpisah karena alam dan tambang, dulu masih nyambung, sempat ambrol dua kali,” jelas Nurdin.
Menurut penuturannya, pada masa itu, perbukitan yang terletak jauh dari pemukiman warga dimanfaatkan untuk proses pembuatan gula di PG Gondang Baru.
Bangunan tersebut menjadi bagian integral dari proses produksi gula yang mengandalkan batu kapur sebagai salah satu bahan pentingnya.
“Walaupun bangunan ini berukuran 2×3 meter, bukanlah ‘rumah setan’ seperti yang banyak disebutkan oleh orang-orang.
Sebaliknya, itu merupakan bangunan untuk penyimpanan dinamit yang digunakan sebagai peledak dalam aktivitas penambangan kapur di kawasan tersebut,” terangnya.
Lebih lanjut, Nurdin menjelaskan bahwa bangunan itu juga digunakan sebagai tempat istirahat bagi para penambang yang bekerja keras memecah batu kapur bukit.
Dengan demikian, bangunan kecil di puncak bukit tersebut menjadi saksi bisu dari sejarah penambangan kapur yang pernah menghidupi wilayah tersebut pada masa lalu.
Transformasi Bukit Patrum
Sejak tahun 2018, pihak desa telah memutuskan untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata guna mengubah citra negatif menjadi daya tarik positif.
Kepala Desa Krakitan, Nurdin, mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil untuk menghilangkan kesan menyeramkan yang melekat pada Bukit Patrum.
“Agar lebih menarik wisatawan, kami telah memberikan tangga untuk naik ke seputar bukit hingga sampai samping rumah ‘dinamit’ tadi,” kata Nurdin.
Tak hanya menawarkan panorama alam yang eksotis, Bukit Patrum kini juga menjadi pusat perhatian karena ikonnya sebagai ‘omah demit’ yang telah melegenda.
Pengunjung dari berbagai penjuru tertarik untuk menjelajahi tempat ini dan mengetahui cerita di balik bangunan yang dulunya menimbulkan rasa takut.
“Transformasi Bukit Patrum menjadi destinasi wisata adalah langkah yang cerdas. Ini bukan hanya memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga menghidupkan kembali sejarah dan budaya lokal,” ungkap seorang pengunjung lainnya. (MS)***