SUARAUMAT.com – Anemia aplastik, penyakit langka yang mengganggu produksi sel darah, memang terdengar mengerikan. Tapi jangan panik! Kita bisa upayakan pencegahannya.
Memahami Penyebabnya
Sebelum membahas pencegahan, mari pahami dulu penyebab anemia aplastik:
- Keturunan Genetik: Faktor bawaan ini jarang terjadi, tapi bisa meningkatkan risiko
- Penyakit Menular: Infeksi virus hepatitis, HIV, dan Epstein-Barr dapat memicunya
- Penyakit Tidak Menular: Lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit celiac bisa menjadi faktor risiko
- Paparan Zat Berbahaya: Terpapar insektisida, benzena, dan radiasi dapat memicu penyakit ini
- Obat-obatan Tertentu: Penggunaan kloramfenikol, antikonvulsan, dan obat kemoterapi dapat menjadi penyebab.
Upaya Pencegahan
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah anemia aplastik, beberapa langkah berikut dapat membantu:
1. Hindari Paparan Zat Berbahaya
- Gunakan masker saat berhadapan dengan insektisida dan bahan kimia
- Hindari paparan radiasi berlebihan. Konsultasikan dengan dokter tentang penggunaan obat-obatan tertentu.
2. Menjaga Kebersihan
- Cuci tangan secara teratur untuk mencegah infeksi virus
- Konsumsi makanan yang dimasak dengan benar untuk menghindari keracunan makanan.
3. Gaya Hidup Sehat
- Konsumsi makanan bergizi seimbang untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
- Lakukan olahraga teratur untuk menjaga kesehatan tubuh
- Kelola stres dengan baik.
4. Konsultasi dengan Dokter
Jika Anda memiliki faktor risiko, seperti riwayat keluarga dengan anemia aplastik, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan saran dan skrining.
Penting Diingat
Anemia aplastik adalah penyakit yang jarang terjadi. Upaya pencegahan di atas dapat membantu menurunkan risiko, namun tidak menjamin Anda tidak akan terkena penyakit ini. Jika Anda memiliki gejala seperti kelelahan, pusing, atau mudah memar, segera periksakan diri ke dokter.
Pendapat ahli
“Kondisi ini sangat jarang, kurang dari 15.000 orang per tahunnya di Indonesia atau lima kasus per 100.000 penduduk sehingga sulit dikenali gejalanya,” kata Ngabila Salama, dikutip dari Antara, Rabu 10 April 2024.
Penyebab lain dari anemia aplastik meliputi efek dari kemoterapi dan radioterapi pada kanker, kondisi autoimun, penggunaan obat-obatan atau zat kimia tertentu, serta infeksi lainnya.
Gejala anemia aplastik meliputi kelelahan yang berlebihan, rasa letih yang kronis, kelesuan, penurunan kemampuan berpikir, dan kekurangan energi karena kurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh.
Selain itu, penderita juga rentan terhadap penyakit menular seperti batuk, pilek, dan diare karena sistem kekebalan tubuh yang tidak optimal akibat jumlah sel darah putih yang kurang.
Untuk mencegah anemia aplastik, disarankan untuk menjalani skrining kesehatan secara rutin setiap enam bulan sekali. Pemerintah menyediakan program deteksi dini secara gratis, seperti program pemeriksaan darah untuk calon pengantin dan ibu hamil.
Bagi anak-anak dengan riwayat keluarga yang memiliki risiko tinggi terkena kanker atau kondisi autoimun, disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah setiap enam atau 12 bulan sekali.
Pemeriksaan tersebut meliputi tes hematologi lengkap, dan dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan sumsum tulang dan Red Blood Cell Distribution Width (RDW) untuk menilai ukuran sel darah merah.
Pemeriksaan darah lengkap dapat diakses secara gratis melalui BPJS di puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat satu terdekat.
Selain itu, masyarakat juga perlu menjaga gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, dan melakukan olahraga secara teratur untuk mencegah risiko terjadinya anemia aplastik.***