15 Januari 2025
Momen Lebaran 2024 di Padukuhan Singkil, Kalurahan Giring, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, DI Yogyakarta, pada Rabu 10 April 2024, menjadi bukti nyata toleransi antar umat beragama.

Momen Lebaran 2024, Merajut Kebersamaan di Padukuhan Singkil: Toleransi dan Kerukunan Antar Umat Beragama. /Foto: Dok. Warga

Yogyakarta, SUARAUMAT.com – Momen Lebaran 2024 di Padukuhan Singkil, Kalurahan Giring, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, DI Yogyakarta, pada Rabu 10 April 2024, menjadi bukti nyata toleransi antar umat beragama.

Seusai shalat Idul Fitri di lapangan SD Sanjaya Tritis, warga saling berkunjung dan bersilaturahmi. Silaturahmi ini dilakukan tanpa memandang agama ataupun latar belakang sosial. Para warga saling memohon maaf dan mempererat tali persaudaraan.

Warga muslim yang mayoritas di Padukuhan Singkil juga bersilaturahmi dengan umat Katolik dan Kristen yang baru saja merayakan Paskah sepekan sebelumnya. Tidak hanya itu, mereka juga menjalin silaturahmi dengan umat Hindu yang tinggal di wilayah tersebut.

Tradisi saling mengunjungi dan bersilaturahmi di setiap hari besar keagamaan ini sudah sejak lama dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Padukuhan Singkil. Kebiasaan ini menunjukkan toleransi dan rasa saling menghormati antar umat beragama yang terjalin dengan baik.

Keberagaman agama di Padukuhan Singkil memang cukup kental. Mayoritas penduduknya beragama Islam, namun terdapat pula warga yang beragama Katolik, Kristen, dan Hindu. Keberagaman ini tidak menjadi halangan bagi mereka untuk hidup rukun dan damai.

Di Padukuhan Singkil, terdapat sebuah masjid yang cukup besar dan sebuah tempat ziarah bagi umat Katolik, yaitu Goa Maria Tritis. Tidak jauh dari situ, terdapat pula sebuah pura. Keberadaan tempat ibadah yang berbeda agama ini mencerminkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Padukuhan Singkil.

“Tentu hal ini merupakan bentuk silaturahmi serta untuk menjaga kerukunan antarumat beragama di wilayah Singkil pada khususnya yang memiliki beragam keyakinan,” kata Dukuh Singkil, Parmana, pada Rabu 10 April 2024.

Dia mengatakan, suasana haru terlihat saat warga saling berjabat tangan untuk meminta maaf. Bahkan menurutnya, air mata pun mengalir ketika mereka saling berpelukan dalam permintaan maaf.

Dharma Wagiya, seorang warga Katholik mengatakan, tradisi saling berkunjung telah menjadi hal yang biasa dan akan terus dijaga dengan baik.

“Tradisi ini harus terus dilakukan untuk menjaga silaturahmi dan kerukunan warga di Padukuhan Singkil pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya,” kata dia, dikutip dari Kompas.com.

Hari ini, tercatat ada total 975 tempat pelaksanaan shalat Idul Fitri di Gunungkidul.

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, memilih untuk melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Safinatun Najah, sebuah masjid di kampung yang tidak jauh dari rumahnya di Padukuhan Kwarasan Wetan, Kedung Keris, Nglipar.

Dalam pelaksanaannya, imam dan khotib Masjid Safinatun Najah dipimpin oleh Sukar.

Dalam khotbahnya, dia mengajak jemaah yang hadir untuk menjauhi perbedaan dan memperkuat kerukunan antar sesama, baik dalam lingkup umat Islam maupun dengan pemeluk agama lain. Terlebih lagi mengingat Indonesia baru saja menyelesaikan pemilihan umum.

“Guyup rukun, tolong menolong wajib kita tingkatkan. Kita tinggalkan perkara yang dapat memecah belah masyarakat,” kata Sukar.

Masyarakat Padukuhan Singkil menjadi contoh nyata bahwa toleransi dan kerukunan antar umat beragama dapat terjalin dengan baik.

Tradisi saling mengunjungi dan bersilaturahmi di setiap hari besar keagamaan merupakan bukti nyata komitmen untuk menjaga kerukunan dan kedamaian di lingkungan tempat tinggal mereka.***

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content