Jakarta, SUARAUMAT.com – Hari ini Kamis, 9 Mei 2024 bertepatan dengan peringatan kenaikan Isa Al-Masih bagi umat Kristiani. Hari kemenangan atas pengorbanan Yesus Kristus atas umatNya diperingati dengan doa-doa dan pujian syukur.
Kewajiban saling menghormati hari besar/libur antarumat beragama tertuang dalam peraturan pemerintah sebagai wujud pengakuan Negara yang terdiri dari berbagai agama.
Organisasi kemasyarakatan lintas agama suku budaya dan kebhinekaan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) mengucapkan selamat kepada umat Kristiani yang merayakannya.
PNIB memandang perbedaan Agama dan keyakinan di Indonesia adalah anugerah dari Allah SWT. Ketua Umum PNIB, Gus Wal secara gamblang menjelaskan esensi perbedaan antarumat beragama sebagai sesuatu yang harus disyukuri.
“Kita lahir di bumi dan di bawah langit yang sama. Jika terjadi perbedaan dalam cara beribadah kepada Sang Pencipta itulah cara Tuhan menguji keimanan seluruh umatNya,” kata Gus Wal dalam rilisnya yang diterima Suaraumat.com.
“Bagi individu maupun kelompok-kelompok yang tidak menghargai perbedaan dan memaksakan keyakinannya yang paling benar bisa diartikan mereka salah dalam memahami kitab sucinya,” lanjut dia.
“Tidak ada kitab suci yang melarang perbedaan, jika ada kelompok yang mengharamkan perbedaan karena perintah kitab suci bisa dipastikan berasal dari aliran yang tidak wajar dalam mempelajari kitab suci” jelas Gus Wal.
Menurutnya, masih maraknya aksi pembubaran tempat ibadah dan pelarangan aktivitas ibadah oleh sekelompok orang menjadi alarm bagi kehidupan sosial.
Jurang perbedaan mayoritas dan minoritas sedang berupaya diperlebar oleh kelompok yang merasa paling baik dan benar.
Gus Wal mengilustrasikan perdamaian tanpa intoleransi serupa lirik lagu “Imagine” dari grup musik legendaris asal Inggris, The Beatles.
“Lirik syahdu lagi Imagine The Beatles itu luar biasa menyiratkan pesan perdamaian.
Bayangkan jika tidak ada surga dan neraka yang ada hanya langit. Hanya demi mengejar surga, seseorang bisa menyakiti bahkan membunuh sesamanya.
“Hanya demi menghindari siksa neraka seseorang rela mengkafirkan orang lain. Bayangkan jika kita tidak punya apa-apa, mampukah kita kita hidup sendiri? Kita hanyalah saudara dalam kemanusiaan” ungkap Gus Wal.
Indonesia damai antarpenghuninya adalah cita-cita pendiri bangsa, Pancasila sebagai dasar negara telah merumuskannya.
Gus Wal dan PNIB konsisten mengawal perbedaan suku, agama dan budaya sebagai sebuah jalinan kemanusiaan. Tegas menolak aksi intoleransi kepada apa pun dan oleh siapa pun.
“Kita semua dilahirkan untuk menjadi baik. Tumbuh dewasa berkembang bertemu aneka perbedaan,” kata Gus Wal.
“Kemungkinan yang kemudian terjadi hanya ada dua, kita menjadi lebih baik atau justru menjadi buruk karena salah menyikapi perbedaan,” tegasnya.
“Mari kita kembali pada hakikat sebagai manusia. Stop intoleransi, intimidasi, radikalisme dan terorisme yang jelas merusak kehidupan kita.”
“Kebencian adalah ego kita, bukan perintah Agama. Jangan pernah percaya pada satu keyakinan Agama yang memerintahkan untuk membenci Agama dan keyakinan lain.”
Sesungguhnya tidak ada Agama sesat, yang ada hanya pemikiran individu yang tersesat dan kemudian disebarluaskan.”
“Salah satu sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abu Thalib menegaskan: Jika mereka bukan saudara dalam iman, maka dia adalah saudaramu dalam kemanusiaan.”
“Kalimat itulah yang menjadi pegangan kita dalam menjaga kerukunan antarsesama manusia” pungkas Gus Wal.***