Tangerang, SUARAUMAT.com- Majelis Pendidikan Indonesia (MPK) berkolaborasi dengan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyelenggarakan Konferensi Nasional Pendidikan dan Gereja, dengan mengangkat tema besar “Kolaborasi Nyata untuk Transformasi Sekolah Kristen”.
Pembukaan Konfernas Nasional Pendidikan dan Gereja Tahun 2024 ini dilangsungkan di gedung Medical Science, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH), Karawaci, Kota Tangerang, Selasa (23/7).
Ketua Umum MPK Handi Irawan Djuwadi saat ditemui awak media menyoroti tentang tantangan Sekolah Kristen di masa kini yang banyak terkendala di pembiayaan.
Pengusaha dan pakar pemasaran ini menilai keberadaan Sekolah Kristen di Tanah Air masih belum mendapatkan perhatian besar dari pemerintah, jika dibandingkan Sekolah Negeri.
Oleh sebab itu Handi melihat perlu adanya perhatian dari dunia usaha dan industri guna mendukung operasional dari Sekolah-sekolah Kristen yang ada di Indonesia.
“Supaya Sekolah-sekolah swasta (Kristen) terbantu adalah dengan penggunaan dana CSR (Corporate Social Responsibility). Dana CSR itu kalau di Indonesia kan bisa digunakan kira-kira lima persen dari penghasilan netto (laba bersih). Nah itu menarik,” ujar Handi.
Lebih dalam Handi menjelaskan, dengan berpartisipasinya pelaku dunia usaha dan industri melalui program CSR untuk membantu operasional Sekolah Kristen maka kedua pihak akan saling diuntungkan. Sebab, pihak sekolah menerima bantuan operasional dari CSR, sedangkan di sisi lain pelaku usaha dan industri dapat menjadikan CSR sebagai keringanan dalam hal pembayaran pajak.
“Maksimum adalah lima persen dari net profit (margin laba). Jadi kalau net profit-nya satu milyar Rupiah, itu lima puluh juta Rupiah jumlah CSRnya, dan itu bisa masuk sebagai pengurang pajak,” papar Handi.
Namun yang ikut menjadi fokus MPK saat ini, lanjut Handi, adalah memikirkan bagaimana menggerakkan pemerintah untuk ikut mengucurkan dana bantuan bagi Sekolah Kristen, seperti halnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang sudah ada sebelumnya.
“Kita memikirkan bagaimana ada budget (bantuan) dari pemerintah, sekaligus kita juga memikirkan sumber yang lain. Sumber yang lain adalah swasta. Kita sebagai swasta (pelaku usaha) juga memikirkan swasta (Sekolah Kristen),” imbuhnya.
Selama dua hari dari tanggal 23 hingga 24 Juli 2024, Konfernas Nasional Pendidikan dan Gereja ini dihadiri oleh 800-an peserta dari latar belakang 7 Pilar, yakni MPK, Yayasan Sekolah, Gereja, Universitas, STT, Dunia Usaha dan Industri, juga Pemerintah.
Agenda Konfernas meliputi Diskusi Panel dan Focus Group Discussion (FGD) seputar tantangan dunia Pendidikan Kristen yang dihadapi saat ini, guna menghasilkan rancangan kerja pelayanan MPK bersama para mitra mereka ke depan.
Terdapat tujuh FGD yang digelar selama berlangsungnya Konfernas Pendidikan dan Gereja Tahun 2024. Ketujuh bahasan FGD meliputi, Pertama, Sekolah Kekurangan Guru? Mengelola supply dan demand guru di Sekolah Kristen; Kedua, Bangkit dari Keterpurukan, Beberapa Alternatif Solusi untuk Bangkit: Sekolah Misi, Sekolah Adposi dan Sekolah Afiliasi; Ketiga, Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? Kesejahteraan dan Apresiasi Guru yang Terabaikan, Siapa yang Bertanggungjawab?; Keempat, Sekolah Kristen: Didirikan Namun Diabaikan, Refleksi dan Evaluasi Pembenahan Manajemen Sekolah Kristen Hasil Temuan TF 3T; Kelima, Diberkati untuk Menjadi Berkat, Kiprah Dunia Usaha dalam Dunia Pendidikan.
Sedangkan di FGD Keenam, Konfernas Pendidikan dan Gereja membahas tentang “Pemerintah Baru: Harapan Baru Bagi Sekolah Kristen, Kebijakan Pemerintah yang Berpihak bagi Sekolah Kristen”.
Di FGD Ketujuh, judul yang diangkat adalah “Tantangan Menjadi Kesempatan Berbuah Lebat”. Pada FGD ini dilakukan pendalaman seputar “Eksistensi SPK dan Sekolah Kristen Unggul di Tengah Kompetisi dengan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta Non Kristen”.